3

Butuh Info Keris Hub. rayyagun@gmail.com

Rabu, 29 Februari 2012

filosofi keris

Banyak orang berpendapat bahwa keris yang terbaik untuk dimiliki adalah keris peninggalan orang tua atau sering disebut keris pusaka keluarga, yang diwariskan turun-temurun kepada anak-cucu keturunan. Walaupun banyak yang berpendapat demikian, tetapi menurut hemat penulis hal itu tidaklah selalu benar.

Ada pemilik keris yang memperoleh / menyimpan keris peninggalan orang tua, tetapi justru banyak mengalami nasib buruk, misalnya anggota keluarganya sering sakit-sakitan, rejeki tidak lancar, sering dirundung nasib sial, kerapkali mengalami musibah / kecelakaan, sering bermimpi buruk, kerisnya kerap menimbulkan bunyi-bunyian aneh hingga mengganggu dan membuat takut seisi rumah, atau hal-hal buruk lainnya. 

Mengapa bisa terjadi yang demikian itu?


Sebagai benda pribadi yang sangat berharga, keris dianggap sebagai benda yang pantas diwariskan kepada anak-cucu, menjadi benda pusaka yang diturunkan dari generasi ke generasi. Para generasi terdahulu umumnya memahami ajaran kejawen, termasuk ilmu pengetahuan mengenai seluk beluk perkerisan, pemeliharaannya dan kecocokkan karakter keris dengan  pemiliknya.

Seiring perkembangan zaman, nilai-nilai kejawen dan perkerisan pun mulai ditinggalkan masyarakat, sehingga tak banyak lagi masyarakat yang tahu dan memahami masalah perkerisan dengan baik. Akibatnya, mulai muncullah masalah antara keris dan pemiliknya.
Efek buruk dari sebilah keris baru muncul ketika keris tersebut tidak cocok dengan pemiliknya.





Masing-masing keris mempunyai tuah / kegaiban sendiri-sendiri, seperti untuk perlindungan, kesaktian, kekuasaan, rejeki, dsb. Tuah keris yang paling dasar adalah untuk perlindungan bagi si pemilik dari serangan gaib / kejahatan. Jadi, selain tuah untuk kesaktian, kekuasaan atau rejeki, keris juga memberikan tuah sebagai perlindungan bagi si pemilik.

Namun tuah-tuah itu tidak begitu saja didapatkan oleh si pemilik keris, walaupun kerisnya itu adalah peninggalan orang tua. Harus ada ritual / proses untuk menyatukan gaib keris dengan pemiliknya dahulu sampai si keris benar-benar mau "mengikut" si pemilik keris. Setelah itu, barulah kemudian si keris mau memberikan tuahnya kepadanya. Bila tidak demikian, maka keris itu tidak akan memberikan tuah apapun kepadanya. Malah bisa jadi justru nasib jelek yang akan dialami oleh orang itu dan keluarganya karena terbebani oleh keberadaan keris itu.
Biasanya, bila si keris mau  'ikut'  dengan seseorang (pemilik keris), keris itu akan memberi mimpi kepada orang itu. Dalam mimpi itu, gaib keris akan menampakkan diri sebagai seseorang yang bersahabat dan akan menunjukkan, dalam bentuk penggambaran / perlambang, tentang manfaat apa yang akan diberikan oleh si keris kepadanya.

Begitu juga sebaliknya, bila si keris tidak mau ikut, maka ia akan memberikan mimpi buruk kepadanya dan dalam mimpi itu si keris menggambarkan diri sebagai sesuatu yang menakutkan dan menjadi ancaman bagi si pemilik. Dengan demikian si pemilik keris harus bisa menerjemahkan arti dari mimpinya itu sehubungan kecocokkannya dengan si keris.
Sebuah keris akan berkomunikasi dengan pemiliknya dengan cara memberi mimpi kepada si pemilik atau anggota keluarganya. Misalnya tentang dia mau ikut atau tidak, sesaji apa yang dia minta, sampai mengenai kejadian-kejadian penting yang akan dialami oleh si pemilik atau anggota keluarganya. Dengan demikian, si pemilik keris dan keluarganya harus cepat tanggap dan tidak menganggap mimpinya adalah mimpi biasa, karena mereka tidak sendiri lagi. Ada si keris yang senantiasa memperhatikan kehidupan mereka.

Bila si pemilik keris tidak pernah mendapatkan mimpi apa-apa, kemungkinan besar si keris tidak mau ikut dengannya dan tidak peduli kepadanya. Namun walaupun si pemilik tidak mendapatkan tanda apapun dari si keris, bukan berarti keberadaan keris itu aman-aman saja baginya. Karena bila ada perbuatan si pemilik yang tidak berkenan bagi si keris, bisa jadi si pemilik akan mengalami nasib buruk.

Asal-usul keris kita, selain pemberian dari orang tua, bisa juga pemberian dari seorang yang lain atau mungkin 'membeli' dari pedagang keris. Kita perlu memperhatikan bagaimana si pemilik keris sebelum kita itu memperlakukan kerisnya.
Apakah kerisnya rajin diberi sesaji ? 
Sesaji apa yang biasanya dia berikan ? 
Apakah rajin dijamas ?  
Apakah kerisnya menimbulkan gangguan atau keanehan ?

Kebiasaan perlakuan si pemilik keris terdahulu terhadap kerisnya dapat juga mempengaruhi kecocokkan / ketidak-cocokkan keris tersebut dengan kita.

Sebagai contoh, misalnya kita memelihara seekor kucing yang dahulunya adalah milik seorang pedagang ikan di pasar. Dahulunya kucing itu dibiarkan liar (bukan kucing rumahan) dan biasa diberi makan daging ikan mentah.  Karena tidak terbiasa, mungkin kucing itu akan merasa 'terpaksa' makan, bila kita beri makan nasi dan ikan goreng atau ikan asin, atau makanan yang lain. Padahal menurut kita makanan itu lebih baik. Lebih pantas. Lebih higienis. Tetapi si kucing merasa tidak cocok karena tidak terbiasa dengan makanan itu.

Begitu juga dengan keris. Mungkin kita akan merasa berat bila harus memberinya bakaran menyan, karena baunya menyengat dan identik dengan kesan klenik di mata orang lain. Padahal dahulunya keris itu biasa dibakarkan menyan. Atau mungkin keris itu sering diberi sesaji kembang setiap malam jum'at kliwon dan dijamas setiap tahun. Itu juga mungkin akan memberatkan kita karena kita juga tidak serajin orang dahulu dalam memberi sesaji atau merawat keris. Itu terjadi karena mungkin kedekatan hati kita dengan si keris tidak akan sama dengan si pemilik terdahulu.

Gaib keris dapat membaca jalan pikiran dan kepribadian kita. Kalau dia tidak nyaman dengan kepribadian kita, mungkin dia akan merasa  'terpaksa'  bila berada bersama kita. Tetapi bisa juga keris itu mau mengikut kita, bila dipandangnya kepribadian kita lebih baik daripada si pemilik terdahulu.
Jadi, memiliki / menyimpan keris peninggalan orang tua tidaklah selalu baik untuk kita. Mendapatkan keris dari orang lain atau  'membeli'  dari pedagang juga belum tentu tidak baik. Yang terpenting adalah keris yang kita miliki adalah yang sesuai dan sejalan dengan kita dan bermanfaat dalam kehidupan kita. Ini adalah langkah awal kita untuk menilai baik / tidaknya sebuah keris bagi kita.

Hal penting yang harus diperhatikan adalah bila anda mendapatkan tanda bahwa si keris tidak mau ikut dengan anda, maka kami menganjurkan supaya anda merelakan keris itu untuk dipindahtangankan kepada orang lain yang kira-kira si keris mau ikut dengannya. Jangan memaksakan diri untuk menyimpan keris itu. Hal-hal yang tidak sejalan dengan anda sebaiknya jangan anda paksakan untuk bersama anda, karena sudah pasti tuahnya tidak akan anda dapatkan dan nantinya anda dan keluarga akan menjadi terbebani dengan keberadaannya.

Agar keberadaan pusaka yang kita miliki dapat mengantar kita pada kehidupan yang lebih baik seperti yang kita inginkan, maka hal penting yang harus kita lakukan adalah :
1. Mencocokkan kepribadian
pusaka kita dengan kepribadian kita.
2.
Mencocokkan tuah pusaka kita dengan jalan kehidupan / penghidupan kita.
3. Mencocokkan tuntutan pemeliharaan keris dengan kemampuan dan ketelatenan kita.

Dengan upaya demikian, keris-keris yang kita miliki akan mampu menjadi keris pembawa keberuntungan, bukan sebaliknya, keris pembawa kesialan.

(baca juga :  Menayuh Keris).

Minggu, 26 Februari 2012

Keris Sepuh

Keris pada masa lalu biasa di gunakan sebagai senjata dan pusaka para ksatria untuk berperang biasanya sebuah keris memiliki kesaktian yang sunguh luarbiasa yang membuat lawan lawan takut namun pada masa kini keris digunakan sebagai benda seni budaya dan menjadi koleksi koleksi pecinta keris nah kamu mau tahu keris apa aja yang menjadi legenda di tanah air ini simak 5 Keris Paling Legendaris di Indonesia berikut ini.
1. Keris Mpu Gandring
Keris Mpu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat berdirinya Kerajaan Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang. Keris ini terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok. Keris ini dibuat oleh seorang pandai besi yang dikenal sangat sakti yang bernama Mpu Gandring, atas pesanan Ken Arok. Setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna bahkan memiliki kemampuan supranatural yang konon dikatakan melebihi keris pusaka masa itu. Kemudian Ken Arok menguji Keris tersebut dengan menusukannya pada Mpu Gandring yang konon menurutnya tidak menepati janji. Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken Arok. Dalam perjalanannya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singhasari yakni: Tunggul Ametung, Ken Arok, Anusapati dan keturunan Ken Arok.
2. Keris Kyai Setan Kober

Keris Empu Gandring

Keris pada masa lalu biasa di gunakan sebagai senjata dan pusaka para ksatria untuk berperang biasanya sebuah keris memiliki kesaktian yang sunguh luarbiasa yang membuat lawan lawan takut namun pada masa kini keris digunakan sebagai benda seni budaya dan menjadi koleksi koleksi pecinta keris nah kamu mau tahu keris apa aja yang menjadi legenda di tanah air ini simak 5 Keris Paling Legendaris di Indonesia berikut ini.
1. Keris Mpu Gandring
Keris Mpu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat berdirinya Kerajaan Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang. Keris ini terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok. Keris ini dibuat oleh seorang pandai besi yang dikenal sangat sakti yang bernama Mpu Gandring, atas pesanan Ken Arok. Setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna bahkan memiliki kemampuan supranatural yang konon dikatakan melebihi keris pusaka masa itu. Kemudian Ken Arok menguji Keris tersebut dengan menusukannya pada Mpu Gandring yang konon menurutnya tidak menepati janji. Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken Arok. Dalam perjalanannya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singhasari yakni: Tunggul Ametung, Ken Arok, Anusapati dan keturunan Ken Arok.
2. Keris Kyai Setan Kober

Keris Setan Kober

Keris Setan Kober
Keris Kyai Setan Kober merupakan sebilah keris pusaka luk 13 yang diciptakan oleh Mpu Bayu Aji pada zaman kerajaan Pajajaran (1150). Mpu Bayu Aji adalah seorang mpu yang sangat mumpuni dan berpengatahuan sangat luas. Beliau juga mempunyai murid-murid dari bangsa jin dan siluman karena tempat tinggal sang mpu berada di tepi hutan yang sangat angker di daerah Cirebon. Karena kewaskitaan beliau, banyak dari golongan para jin yang selalu ingin menimba ilmu dan mengabdi padanya. Sang mpu merasa jengkel karena sangat sering mendengar rengekan para jin yang ingin berguru padanya.
setan kober, keris kyai setan koberHingga suatu hari sang mpu tengah menciptakan sebilah keris pusaka luk 13. Ketika sang mpu sedang mengheningkan cipta untuk memasukkan daya magis pada keris tersebut, konsentrasinya terganggu gara-gara rengekan para jin. Akhirnya keris pusaka tersebut menjadi tidak sempurna, dan dinamakan sebagai Keris Kyai Setan Kober. Karena tercipta akibat daya panas dan ambisi yang besar. Konon keris ini pernah jatuh ke tangan Arya Penangsang, Adipati Jipang – Panolan, pada masa Kerajaan Demak Bintoro (1521 – 1546)
waktu itu  Arya Penangsang kemudian mengirim empat orang utusan membunuh saingan beratnya, yaitu Hadiwijaya, menantu Sultan Trenggana yang menjadi bupati Pajang. Meskipun keempatnya dibekali keris pusaka Kyai Setan Kober,  maka ketika ke empat suruhan Arya penangsang masuk ke kamar Sultan terbangau dan melemparkan selimutnya ke arah ke empat suruhan Arya penangsang dan terjadilah perkelahian  dan  dapat dikalahkan Hadiwijaya setelah mengaku dan Hadiwijaya memaafkanya dan memberikan sejumlah uang
Hadiwijaya ganti mendatangi Arya Penangsang untuk mengembalikan keris Setan Kober. Keduanya lalu terlibat pertengkaran dan didamaikan Sunan Kudus. Hadiwijaya kemudian pamit pulang, sedangkan Sunan Kudus menyuruh Penangsang berpuasa 40 hari untuk mendinginkan amarahnya yang labil.
Dalam perjalanan pulang ke Pajang, rombongan Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja tempat Ratu Kalinyamat bertapa. Ratu Kalinyamat mendesak Hadiwijaya agar segera menumpas Arya Penangsang. Ia yang mengaku sebagai pewaris takhta Sunan Prawoto berjanji akan menyerahkan Demak dan Jepara jika Hadiwijaya menang.
Hadiwijaya segan memerangi Penangsang secara langsung karena merasa sebagai sesama anggota keluarga Demak. Maka diumumkanlah sayembara, barangsiapa dapat membunuh bupati Jipang tersebut, akan memperoleh hadiah berupa tanah Pati dan Mataram.
Kedua kakak angkat Hadiwijaya, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi mendaftar sayembara. Hadiwijaya memberikan pasukan Pajang untuk membantu karena anak angkatnya, yaitu Sutawijaya (putra kandung Ki Ageng Pemanahan ikut serta.
Ketika pasukan Pajang datang menyerang Jipang, Arya Penangsang sedang berpesta merayakan keberhasilannya berpuasa 40 hari. Surat tantangan atas nama Hadiwijaya membuatnya tidak mampu menahan emosi. Meskipun sudah disabarkan Arya Mataram, Penangsang tetap berangkat ke medan perang.
Perang antara pasukan Pajang dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore. Perut Penangsang robek terkena tombak Kyai Plered milik Sutawijaya. Meskipun demikian Penangsang tetap bertahan. Ususnya yang terburai dililitkannya pada gagang keris yang terselip dipinggang.
Sutawijaya terkesan menyaksikan betapa gagahnya Arya Penangsang dengan usus terburai yang menyangkut pada hulu kerisnya. Ia lalu memerintahkan agar anak laki-lakinya, kalau kelak menikah meniru Arya Penangsang, dan menggantikan buraian usus dengan rangkaian atau ronce bunga melati, dengan begitu maka pengantin pria akan tampak lebih gagah, dan tradisi tersebut tetap digunakan hingga saat ini.
Penangsang berhasil meringkus Sutawijaya. Saat mencabut keris Setan Kober untuk membunuh Sutawijaya, usus Arya Penangsang terpotong sehingga menyebabkan kematiannya.
Sayembara menumpas Arya Penangsang tahun 1549 merupakan pengalaman perang pertama bagi Sutawijaya. Ia diajak ayahnya ikut serta dalam rombongan pasukan supaya Hadiwijaya merasa tidak tega dan menyertakan pasukan Pajang sebagai bala bantuan. Saat itu Sutawijaya masih berusia belasan tahun.
Akan tetapi sengaja disusun laporan palsu bahwa kematian Arya Penangsang akibat dikeroyok Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi, karena jika Sultan Hadiwijaya sampai mengetahui kisah yang sebenarnya (bahwa pembunuh Bupati Jipang Panolan adalah anak angkatnya sendiri), dikhawatirkan ia akan lupa memberikan hadiah.
Keris Kyai Sengkelat
Ketika Kerajaan  Majapahit mulai surut, hiduplah seorang  empu keris yang sakti mandraguna. Dia bernama Jaka Supa putra dari  Bupati Empu yang bernama Ki Supadriya.  Jaka Supa adalah seorang  pemuda yang sederhana, namun sangat menyukai tapa brata istilah jawanya adalah “Gentur lelaku prihatin”. Kelak atas perjuangan tapa bratanya, beliau akan menurunkan pusaka pusaka yang hebat dan juga menurunkan empu-empu  pembuat keris yang luar biasa di tanah jawa. Konon pada suatu ketika, wilayah kerajaan Majapahit dilanda “pagebluk” yang sangat nggegirisi,hingga banyak para kawula (rakyat jelata) yang pagi sakit sore meninggal dan sore sakit paginya meninggal.Tidak hanya para rakyat jelata, banyak juga beberapa bangsawan, pandita dan sebagainya terserang penyakit  yang sangat misterius ini. Hingga akhirnya kekawatiran Sang Prabu atas nasib penghuni Kraton oleh sebab ganasnya pageblug tersebut terjadi juga, Dyah Ayu Sekar Kedaton  jatuh sakit.Sudah beberapa tabib pinunjul dari penjuru negeri dihadirkan untuk membatu kepulihan sang putri,  namun toh hasilnya selalu nihil. Bahkan kalau malam menjelang , penyakit sang putri kian menjadi jadi. Untuk menghindari kejadian yang tidak di inginkan, sang prabu menugaskan segenap abdi dalem untuk bergiliran menjaga sang putri, khususnya di malam hari.
keris sengkelat, kyai empu sengkalat
Hingga suatu malam,  sampailah giliran jaga itu jatuh pada Tumenggung Supandriya dan Tumenggung Supagati. Akan tetapi,  karena mereka berdua  ternyata sakit, maka tugas itu diwakilkan kepada anak anak mereka. Jaka Supa putra dari Tumennggung Supandriya dan Majigjo adalah putra dari Tumenggung Supagati. Sore itu langit agak mendung, disebelah barat semburat sinar matahari tampak kemerahan menyaput mega. Hingga dari jauh terlihat menakutkan laksana banjir darah siap menerkam majapahit. Mereka (Jaka Supa dan Majigja ) berangkat bersama sama menuju Kraton, ditengah perjalanan tak henti hentinya Majigja menceritakan kerisnya yang indah berlapis emas hasil buatanya sendiri. Keris itu diberinya nama sabuk Inten, sebuah keris yang indah, anggun, berpamor eksotis  dan menyimpan enegi  gaib yang  luar biasa, bahkan sembari bercanda, kadang  Majigja setengah meledek keris buatan Jaka Supa yang diberi nama Kyai Sengkelat itu. Sengkelat memang berbentuk sangat sederhana, dia sangat polos , tak banyak ornamen, ibarat naga dia bagaikan seekor naga yang hitam legam tanpa mahkota. Namun dibalik kesederhanaanya itulah, Sengkelat adalah keris yang pilih tanding.
Sesampai di keputren, mereka berdua langsung mengambil tempat jaga masing masing. Jaka Supa di sebelah kanan regol, sedangkan Majigja disebelah kiri.Beberapa saat waktu berlalu ,tidak terjadi apa-apa. Namun menjelang tengah malam, tiba tiba angin berdesir agak kencang menebar aura mistis yang menggetarkan hati para prajurit yang ikut menjaga kediaman sang putri, angin itu makin melembut dan melembut, hingga akhirnya banyak prajurit yang kemudian bergelimpangan tak mampu menahan hawa kantuk yang luar biasa. Tiba-tiba dari arah Gedong pusaka muncul sinar merah kehitaman yang sangat terang benderang, sinar itu naik memanjat langit setinggi  lima pohon kelapa dewasa. Sinar tersebut berpendar pendar ke segala penjuru, menebarkan  hawa teluh atau wabah penyakit yang mengakibatkan pageblug tersebut. Jaka Supa dan Majigja tak bergeming, ternyata hanya mereka berdua yang masih tersisa dari serangan hawa kantuk tersebut,  mereka meningkatkan kewaspadaan  , setelah mereka cermati ternyata sinar yang menebar teluh tersebut adalah Keris Kyai Condong Campur. Sabuk Inten yang sedari tadi sudah okrak-okrok pengen keluar dari warangkanya tiba tiba melesat naik ke angkasa, pertempuran condong campur dan sabuk inten tak terelakan lagi, namun sabuk inten memang jauh dibawah condong campur, baru sekitar sepuluh menit sabuk inten dapat dikalahkan dan balik ke warangkanya. Bahkan lambung Sabuk Inten “grimpil” dibagian depan , akibat hantaman Condong Campur. Jaga Supa tanggap sasmita, Sengkelat segera dicabut dari warangkanya setelah mendapat restu, keris pusaka tersebut membumbung tinggi ke angkasa, pertempuran terjadi sangat sengit sekali, desak mendesak dan serang menyerang. Setelah hampir subuh condong campur mulai kewalahan hingga akhirnya Sengkelat berhasil mematahkan ujung condong campur satu luk, akhirnya condong campurpun ngibrit ketakutan dan masuk kembali ke gedong pusaka. Sejak saat itu condong campur tak pernah keluar lagi menebar pageblug,  semenjak saat itu pula Dyah Ayu sekar kedaton berangsur angsur sembuh, dan  atas jasa-jasanya Jaka Supa akhirnya diangkat menjadi Empu Kerajaan kesayangan sang Prabu. Kelak dari tangannya akan lahir pusaka pusaka hebat yang sampai saat ini dikejar kejar oleh para pecinta keris, dan dari beliau juga akan lahir empu empu hebat penerusnya, keturunan terakhir beliau menurut cerita adalah Empu Djeno Harum Braja dari Ngayugyokarto Hadiningrat.

Jumat, 24 Februari 2012

KERIS Dan EMPU

Ada pepatah yang menyatakan : "Penghargaan pada seseorang tergantung karena busananya." Mungkin pepatah itu lahir dari pandangan psikolog yang mendasarkan pada kerapian, kebersihan busana yang dipakai seseorang itu menunjukkan watak atau karakter yang ada dalam diri orang itu.Di kalangan masyarakat Jawa Tengah pada umumnya untuk suatu perhelatan tertentu, misalnya pada upacara perkawinan, para kaum prianya harus mengenakan busana Jawi jangkep (busana Jawa lengkap).
          Dan kewajiban itu harus ditaati terutama oleh mempelai pria, yaitu harus menggunakan/memakai busana pengantin gaya Jawa yaitu berkain batik, baju pengantin, tutup kepala (kuluk) dan juga sebilah keris diselipkan di pinggang. Mengapa harus keris? Karena keris itu oleh kalangan masyarakat di Jawa dilambangkan sebagai simbol "kejantanan." Dan terkadang apabila karena suatu sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka.

KERIS KANJENG KYAI NOGO ROJO

KERIS LUK 7
PAMOR : WIJI TIMUN 
DAPUR : NOGO ROJO 
TANGGUH : MATARAM PUTRAN 
RANGKAH : GAYAMAN KAYU CENDANA
PENDOK : BUTON SILIH ASIH 
MENDAK : HALUS PERMATA 


KERIS KYAI SINGOSAREN



KERIS  LURUS
PAMUR  : BRASUTAH 
DAPUR  : JALAK 
TANGGUH : PUTUNI SINGGOSARI (SINGOSAREN MUTRANI)
RANGKAH MODEL SANDANG WALAIKAT SUNGGING HALUS
WILAH INI BERAT DAN GAGAH SEPINTAS BERKHARISMA.




KERIS KYAI SANGKELAT

KERIS LUK 13
PAMUR  : BULU AYAM ( RON GENDURU )
DAPUR  : SANGKELAT
TANGGUH : ESTIMASI MADURA SEPUH
RANGKAH : LADRANG MADURA FULL UKIR 3 DIMENSI GADING SOLD
HANDLE  : GADING DONARIKO GADING SOLD
MENDAK : KROM EMAS
PENDOK : PERAK OLD PERMATA RUBBY

WILAH KERIS INI RINGAN, INDAH, DAN MEGAH...



Keris Pusaka Kraton

Pamor diketahui berasal dari meteor yang jatuh ke bumi. Di Jawa, tercatat bahwa pada masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwana IV ditemukan sebongkah meteor yang jatuh ke bumi, yaitu sekitar tahun 1723 J atau tahun 1801 M. Meteor yang jatuh di sekitar daerah Prambanan wilayah Surakarta tersebut berukuran tinggi sekitar 50 cm, dan berdiameter 80 cm.
Benda tersebut sampai sekarang disimpan di Kraton Surakarta sebagai salah satu benda pusaka kraton, dan disebut "Kanjeng Kyai Pamor" yang dimanfaatkan dalam pembuatan keris sejak Susuhunan Paku Buwana IV hingga Susuhunan Paku Buwana XI (1939-1945). Penelitian metalurgis terhadap meteor tersebut dengan menggunakan spectrophotometer menunjukkan bahwa didalam kanjeng Kyai Pamor terdapat unsur-unsur nikel, titanium, besi, timbal, dan timah putih atau sekitar 94% unsur besi dan 5% unsur nikel.

Kekuatan Non-Fisik (Kekuatan Gaib) Keris Pusaka Jawa


Kekuatan Gaib Keris

Senjata tajam tradisional yang sangat popular bagi orang Jawa adalah keris. Bagi orang jawa khususnya, keris merupakan sebuah benda pusaka yang telah diakui memiliki kekuatan tertentu. Kekuatan fisik dan kekuatan non-fisik.
Kekuatan fisik dari sebuah keris yaitu mampu menahan beban tekan, tekuk (bending), beban kejut, beban impak dan beban puntir.

KERIS SINGOBARONG

DISKRIPSI : 


KERIS KYAI SINGO BARONG 
PAMOR : PENDARINGAN KEBAK 
DAPUR : SINGOBARONG KINATAH EMAS PERAK
RANGKAH KAYU SAWO FULL UKIR 3 DIMENSI SUNGGING
TANGGUH ESTIMASI MADURA BARU


Minggu, 19 Februari 2012

APA YANG DINAMAKAN KERIS

Menurut kamus umum bahasa indonesia keris adalah senjata tajam bersarung, berujung tajam, dan bermata dua (bilahnya ada yg lurus, ada yg berkeluk-keluk).

Definisi di atas menggambarkan beberapa ciri keris namun terasa kurang lengkap karena tidak semua senjata tajam bermata dua berujung tajam dan bersarung dapat disebut keris, pedang bermata dua dan bersarung dapat memenuhi definisi di atas tapi tetap tidak dapat disebut keris.

Ensiklopedi keris yang ditulis Bambang Harsrinuksmo menyebutkan 4 kriteria utama yang harus dipenuhi sebuah senjata sehingga dapat disebut keris, Kris disk karya Karsten sejr Jensen menyebutkan kriteria bilah dan ganja asimetris sebagai keunikan keris.

Berdasarkan sumber-sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat  disebut sebagai keris senjata tajam harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

 

1.         Keris harus bermata dua dan berujung tajam
berbeda dengan badik yang umumnya hanya memiliki satu mata (sisi tajam) keris selalu memiliki dua mata

           
2.         Keris harus terdiri dari dua bagian utama, yaitu:
·                     bagian bilah keris termasuk paksi, dan
·                     bagian ganja.

3.         Bilah keris harus membuat sudut tertentu terhadap ganja, tidak tegak  lurus

4.         Ukuran panjang bilah keris yang lazim adalah antara 33 cm sampai 38 cm. Namun bilah keris luar Jawa panjang bilahnya bisa mencapai 58 cm, bahkan keris buatan Filipina Selatan panjangnya ada yang mencapai 64 cm.
Mengenai senjata tikam menyerupai keris yang panjangnya di bawah ukuran yang lazim, menurut banyak ahli belum bisa dikategorikan sebagai keris, tetapi keris-kerisan.
5.         Keris yang baik harus dibuat dan ditempa dari tiga macam logam, minimal dua, yaitu besi, baja, dan bahan pamor.
Keris-keris tua, atau lebih tepatnya prototipe keris, misalnya keris Buda, belum menggunakan pamor (Harsrinuksmo, 2004).
6.          Keris memiliki bentuk yang tidak simetris /asimetris mengikuti bentuk ganjanya yang asimetris

Bambang Harsrinuksmo dalam bukunya Ensiklopedi Keris hanya menyebutkan empat kriteria keris yaitu kriteria ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5, Bambang Harsrinuksmo perpendapat bahwa keempat kriteria tersebut adalah kriteria paling utama, dan senjata yang tidak memenuhi kriteria utama tersebut tidak bisa disebut keris. Benda menyerupai keris yang terbuat dari tembaga, kuningan, dan logam-logam selain disebut di atas, tidak dapat digolongkan sebagai keris. Begitu juga keris yang dibuat bukan melaui proses penempaan melainkan dicor, meskipun terbuat dari besi atau baja, juga tidak  bisa disebut keris.

Keris Jalak Budha Tegak

Keris Dapur Jalak Budha Tegak
keleng tanpa pamor

Keris budha/kabudhan diyakini merupakan bentuk keris paling awal. Keris kabudhan terdiri dari 2 jenis yaitu keris betok dan keris jalak, perbadaannya terletak pada ricikan (kelengkapan) keris, pada keris jalak terdapat pijetan, tikel alis, dan sogokan, sementara pada keris betok hanya terdapat pijetan.

Bentuk keris Kabudhan yang tegak diduga lebih tua dari pada yang keris budha yang memiliki kecondongan terhadap ganja, keris kabudhan yang lebih tegak merupakan peralihan dari kadga (sejenis senjata india yang bentuknya tegak lurus tanpa kecondongan) menuju keris dalam pengertian saat ini yang memiliki derajat kecondongan tertentu terhadap ganja.
kadga pada relief candi Prambanan

Keris dibawah ini adalah keris Jalak Budha yang tegak sehingga diduga merupakan jenis keris yang paling awal



 Keris kabudhan Lurus di atas sejenis dengan keris kabudhan yang digambarkan pad relief candi Penataran (abad 14)

jalak budha lurus relief candi penataran (abad 13-14)

KERIS JENGGALA

Keris Lurus
Tangguh Jenggala
Dapur Tilam upih
Kerajaan jenggala didirikan pada abad 11 tepatnya pada tahun 1042 M pada saat raja Airlangga raja Kahuripan membagi wilayah kerajaannya menjadi 2 bagian yaitu kediri dan jenggala untuk mencegah perebutan kekuasaan antara kedua putranya, tetapi rupanya kedua kerajaan bersaudara itu tetap bersaing sehingga pada akhirnya menurut prasasti Ngantang (1132?) kerajaan Jenggala ditaklukan Sri Jayabaya Raja Kediri.
Di bawah ini adalah contoh keris yang diperkirakan dibuat pada era jenggala.



pamor pulo tirto rojo gundolo

Mengenal Keris Dan Kegunaannya



keris
Keris adalah sejenis pedang pendek yang berasal dari pulau Jawa, Indonesia.
Keris purba telah digunakan antara abad ke-9 dan 14. Selain digunakan sebagai senjata,keris juga sering dianggap memiliki kekuatan supranatural. Keris terbagi menjadi tiga bagian yaitu mata, hulu, dan sarung. Beberapa jenis keris memiliki mata pedang yang berkelok-kelok. Senjata ini sering disebut-sebut dalam berbagai legenda tradisional, seperti keris Mpu Gandring dalam legenda Ken Arok dan Ken Dedes.

KERIS KEDIRI

keris lurus
pamor banyu mili?

tangguh perkiraan kediri abad 11-13





Keris Bugis

Keris Bugis 
Dapur Naga Daun luk 5
Malela/besi sebatang




Sabtu, 18 Februari 2012

Bagian2 keris

Rincikan Keris
RICIKAN KERIS adalah perincian dari bagian-bagian sebilah keris dengan istilah-istilah yang telah ada turun-temurun. Ricikan sebilah keris dapat dianalogikan dengan suku cadang atau komponen mobil. Di antara komponen mobil ada yang namanya piston, gardan, bumper, pelek, dashboard, altenator, dlsb. Demikian pula, tiap bagian keris yang berlainan bentuknya berlainan pula namanya.
Rincikan keris juga merupakan variasi dari sebilah keris untuk dapat disebut dhapurnya. Misalnya pada keris sederhana dhapur Brojol hanya memiliki rincikan Blumbangan atau pejetan saja. Sedangkan Dhapur Sepaner adalah memiliki rincikan sekar kacang, tikel alis, sraweyan, sogokan dan greneng. Setiap nama dhapur keris ditentukan oleh adanya Rincikan keris dan bilah lurus atau bentuk luknya.
Secara garis besar, sebilah keris dapat dibagi atas tiga bagian yakni bagian bilah atau wilahan, bagian ganja dan bagian pesi. Bagian wilahan juga dapat dibagi tiga, yakni bagian pucukan yang paling atas, awak-awak atau tengah dan sor-soran atau bidang bawah. Pada bagian sor-soran inilah ricikan keris paling banyak ditempatkan.
bagian2keris
Nama-nama ricikan keris adalah:

koleksi keris

Pamor:Pendaringan kebek
Dapur:Jalak sangu tumpeng
Tangguh:-
Panjang:40 cm
Rangka:Sandang walikat
Handel:Donoriko
Selut:-




ANEKA JENIS KERIS PUSAKA

Thumbnail

d
d



d
d
Keris Dpr Pasopati Pmr Pari Sawuli
Foto, 5 komentar
Thumbnail
d
d