Banyak
orang berpendapat bahwa keris yang terbaik untuk dimiliki adalah keris
peninggalan orang tua atau sering disebut keris pusaka keluarga,
yang diwariskan turun-temurun kepada anak-cucu keturunan.
Walaupun banyak yang berpendapat demikian, tetapi menurut
hemat penulis hal itu tidaklah selalu benar.
Ada pemilik keris yang
memperoleh / menyimpan keris peninggalan orang tua, tetapi justru
banyak mengalami nasib buruk, misalnya anggota keluarganya
sering sakit-sakitan, rejeki tidak lancar, sering dirundung
nasib sial, kerapkali mengalami musibah / kecelakaan, sering
bermimpi buruk, kerisnya kerap menimbulkan bunyi-bunyian aneh
hingga mengganggu dan membuat takut seisi rumah, atau hal-hal buruk lainnya.
Mengapa bisa terjadi yang demikian itu?
Sebagai
benda pribadi yang sangat berharga, keris dianggap sebagai benda yang
pantas diwariskan kepada anak-cucu, menjadi benda pusaka
yang diturunkan dari generasi ke generasi. Para
generasi terdahulu umumnya memahami ajaran kejawen, termasuk ilmu
pengetahuan mengenai seluk beluk perkerisan, pemeliharaannya dan kecocokkan karakter keris dengan pemiliknya.
Seiring
perkembangan zaman, nilai-nilai kejawen dan perkerisan pun mulai
ditinggalkan masyarakat, sehingga tak
banyak lagi masyarakat yang tahu dan memahami masalah perkerisan dengan
baik. Akibatnya, mulai muncullah masalah antara keris dan pemiliknya. Efek buruk dari sebilah keris baru
muncul ketika keris tersebut tidak cocok dengan pemiliknya.
Masing-masing
keris mempunyai tuah / kegaiban sendiri-sendiri, seperti untuk perlindungan, kesaktian, kekuasaan, rejeki, dsb. Tuah keris yang
paling dasar adalah untuk perlindungan bagi si pemilik dari
serangan gaib / kejahatan. Jadi, selain tuah untuk
kesaktian, kekuasaan atau rejeki, keris juga memberikan tuah sebagai perlindungan bagi si pemilik.
Namun
tuah-tuah itu tidak begitu
saja didapatkan oleh si pemilik keris, walaupun kerisnya itu
adalah peninggalan orang tua. Harus ada ritual / proses
untuk menyatukan gaib keris dengan pemiliknya dahulu sampai si keris
benar-benar mau "mengikut" si pemilik keris. Setelah itu,
barulah kemudian si keris mau memberikan tuahnya kepadanya.
Bila tidak demikian, maka keris itu tidak akan memberikan
tuah apapun kepadanya. Malah bisa jadi justru nasib jelek yang akan
dialami oleh orang itu dan keluarganya karena terbebani oleh keberadaan
keris itu.
Biasanya,
bila si keris mau 'ikut' dengan seseorang (pemilik keris), keris itu
akan memberi mimpi kepada orang itu. Dalam mimpi itu, gaib
keris akan menampakkan diri sebagai seseorang yang
bersahabat dan akan menunjukkan, dalam bentuk penggambaran / perlambang,
tentang manfaat apa yang akan diberikan oleh si keris kepadanya.
Begitu
juga sebaliknya, bila si keris tidak mau ikut, maka ia akan memberikan
mimpi buruk kepadanya dan dalam mimpi itu si keris
menggambarkan diri sebagai sesuatu yang menakutkan dan
menjadi ancaman bagi si pemilik. Dengan demikian si pemilik keris harus
bisa menerjemahkan arti dari mimpinya itu sehubungan kecocokkannya dengan si keris.
Sebuah
keris
akan berkomunikasi dengan pemiliknya dengan cara memberi mimpi kepada
si pemilik atau anggota keluarganya. Misalnya
tentang dia mau ikut atau tidak, sesaji apa yang dia minta,
sampai mengenai kejadian-kejadian penting yang akan dialami
oleh si pemilik atau anggota keluarganya. Dengan demikian, si pemilik
keris dan keluarganya harus cepat tanggap dan tidak menganggap
mimpinya adalah mimpi biasa, karena mereka tidak sendiri
lagi. Ada si keris yang senantiasa memperhatikan kehidupan
mereka.
Bila
si pemilik keris tidak pernah mendapatkan mimpi
apa-apa, kemungkinan besar si keris tidak mau ikut dengannya
dan tidak peduli kepadanya. Namun walaupun si pemilik tidak
mendapatkan tanda apapun dari si keris, bukan berarti keberadaan keris
itu aman-aman saja baginya. Karena bila ada perbuatan si
pemilik yang tidak berkenan bagi si keris, bisa jadi si
pemilik akan mengalami nasib buruk.
Asal-usul
keris kita, selain pemberian dari orang tua, bisa juga pemberian dari
seorang yang lain atau mungkin 'membeli' dari pedagang keris. Kita perlu
memperhatikan bagaimana si pemilik keris sebelum kita itu memperlakukan
kerisnya.
Apakah kerisnya rajin diberi sesaji ?
Sesaji apa yang biasanya dia berikan ?
Apakah rajin dijamas ?
Apakah kerisnya menimbulkan gangguan atau keanehan ?
Kebiasaan
perlakuan si pemilik keris terdahulu terhadap kerisnya dapat juga
mempengaruhi kecocokkan / ketidak-cocokkan keris tersebut dengan kita.
Sebagai
contoh, misalnya kita memelihara seekor kucing yang dahulunya adalah
milik seorang pedagang ikan di pasar. Dahulunya kucing itu dibiarkan
liar (bukan kucing rumahan) dan biasa diberi makan daging ikan mentah.
Karena tidak terbiasa, mungkin kucing itu akan merasa 'terpaksa' makan,
bila kita beri makan nasi dan ikan goreng atau ikan asin, atau makanan
yang lain. Padahal menurut kita makanan itu lebih baik. Lebih pantas.
Lebih higienis. Tetapi si kucing merasa tidak cocok karena tidak
terbiasa dengan makanan itu.
Begitu
juga dengan keris. Mungkin kita akan merasa berat bila harus memberinya
bakaran menyan, karena baunya menyengat dan identik dengan kesan klenik
di mata orang lain. Padahal dahulunya keris itu biasa dibakarkan
menyan. Atau mungkin keris itu sering diberi sesaji kembang setiap malam
jum'at kliwon dan dijamas setiap tahun. Itu juga mungkin akan
memberatkan kita karena kita juga tidak serajin orang dahulu dalam
memberi sesaji atau merawat keris. Itu terjadi karena mungkin kedekatan
hati kita dengan si keris tidak akan sama dengan si pemilik terdahulu.
Gaib
keris dapat membaca jalan pikiran dan kepribadian kita. Kalau dia tidak
nyaman dengan kepribadian kita, mungkin dia akan merasa 'terpaksa'
bila berada bersama kita. Tetapi bisa juga keris itu mau mengikut kita,
bila dipandangnya kepribadian kita lebih baik daripada si pemilik
terdahulu.
Jadi,
memiliki / menyimpan keris peninggalan orang tua tidaklah selalu baik
untuk kita. Mendapatkan keris dari orang lain atau 'membeli'
dari pedagang juga belum tentu tidak baik. Yang terpenting
adalah keris yang kita miliki adalah yang sesuai dan sejalan
dengan kita dan bermanfaat dalam kehidupan kita. Ini adalah langkah
awal kita untuk menilai baik / tidaknya sebuah keris bagi
kita.
Hal penting yang harus
diperhatikan adalah bila anda
mendapatkan tanda bahwa si keris tidak mau ikut dengan anda,
maka kami menganjurkan supaya anda merelakan keris itu
untuk dipindahtangankan kepada orang lain yang kira-kira si keris mau
ikut dengannya. Jangan memaksakan diri untuk menyimpan keris
itu. Hal-hal yang tidak sejalan dengan anda sebaiknya
jangan anda paksakan untuk bersama anda, karena sudah pasti tuahnya
tidak akan anda dapatkan dan nantinya
anda dan keluarga akan menjadi terbebani dengan keberadaannya.
Agar keberadaan pusaka yang kita miliki dapat mengantar kita pada kehidupan yang lebih baik seperti yang kita
inginkan, maka hal penting yang harus kita lakukan adalah :
1. Mencocokkan kepribadian pusaka kita dengan kepribadian kita.
2. Mencocokkan tuah pusaka kita dengan jalan kehidupan / penghidupan kita.
3. Mencocokkan tuntutan pemeliharaan keris dengan kemampuan dan ketelatenan kita.
Dengan
upaya demikian, keris-keris yang kita miliki akan mampu menjadi keris pembawa
keberuntungan, bukan sebaliknya, keris pembawa kesialan.
(baca juga : Menayuh Keris).
Info Keris
Keris ,Koleksi. Ampuh. Nyata.Klenik,Dukun,Ajimat,Update Terkini
3
Rabu, 29 Februari 2012
Minggu, 26 Februari 2012
Keris Sepuh
Keris pada masa lalu biasa di gunakan sebagai senjata dan pusaka para
ksatria untuk berperang biasanya sebuah keris memiliki kesaktian yang
sunguh luarbiasa yang membuat lawan lawan takut namun pada masa kini
keris digunakan sebagai benda seni budaya dan menjadi koleksi koleksi
pecinta keris nah kamu mau tahu keris apa aja yang menjadi legenda di
tanah air ini simak 5 Keris Paling Legendaris di Indonesia berikut ini.
1. Keris Mpu Gandring
Keris Mpu Gandring adalah
senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat berdirinya Kerajaan
Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang. Keris ini terkenal
karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari
termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok. Keris ini dibuat oleh seorang
pandai besi yang dikenal sangat sakti yang bernama Mpu Gandring, atas
pesanan Ken Arok. Setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud
yang sempurna bahkan memiliki kemampuan supranatural yang konon
dikatakan melebihi keris pusaka masa itu. Kemudian Ken Arok menguji
Keris tersebut dengan menusukannya pada Mpu Gandring yang konon
menurutnya tidak menepati janji. Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring
mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa
tujuh turunan dari Ken Arok. Dalam perjalanannya, keris ini terlibat
dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singhasari yakni:
Tunggul Ametung, Ken Arok, Anusapati dan keturunan Ken Arok.
2. Keris Kyai Setan Kober
1. Keris Mpu Gandring
2. Keris Kyai Setan Kober
Keris Empu Gandring
Keris pada masa lalu biasa di gunakan sebagai senjata dan pusaka para
ksatria untuk berperang biasanya sebuah keris memiliki kesaktian yang
sunguh luarbiasa yang membuat lawan lawan takut namun pada masa kini
keris digunakan sebagai benda seni budaya dan menjadi koleksi koleksi
pecinta keris nah kamu mau tahu keris apa aja yang menjadi legenda di
tanah air ini simak 5 Keris Paling Legendaris di Indonesia berikut ini.
1. Keris Mpu Gandring
Keris Mpu Gandring adalah
senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat berdirinya Kerajaan
Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang. Keris ini terkenal
karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari
termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok. Keris ini dibuat oleh seorang
pandai besi yang dikenal sangat sakti yang bernama Mpu Gandring, atas
pesanan Ken Arok. Setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud
yang sempurna bahkan memiliki kemampuan supranatural yang konon
dikatakan melebihi keris pusaka masa itu. Kemudian Ken Arok menguji
Keris tersebut dengan menusukannya pada Mpu Gandring yang konon
menurutnya tidak menepati janji. Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring
mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa
tujuh turunan dari Ken Arok. Dalam perjalanannya, keris ini terlibat
dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singhasari yakni:
Tunggul Ametung, Ken Arok, Anusapati dan keturunan Ken Arok.
2. Keris Kyai Setan Kober
1. Keris Mpu Gandring
2. Keris Kyai Setan Kober
Keris Setan Kober
Keris Setan Kober
Keris Kyai Setan Kober merupakan sebilah keris
pusaka luk 13 yang diciptakan oleh Mpu Bayu Aji pada zaman kerajaan
Pajajaran (1150). Mpu Bayu Aji adalah seorang mpu yang sangat mumpuni
dan berpengatahuan sangat luas. Beliau juga mempunyai murid-murid dari
bangsa jin dan siluman karena tempat tinggal sang mpu berada di tepi
hutan yang sangat angker di daerah Cirebon. Karena kewaskitaan beliau,
banyak dari golongan para jin yang selalu ingin menimba ilmu dan
mengabdi padanya. Sang mpu merasa jengkel karena sangat sering mendengar
rengekan para jin yang ingin berguru padanya.
Hingga
suatu hari sang mpu tengah menciptakan sebilah keris pusaka luk 13.
Ketika sang mpu sedang mengheningkan cipta untuk memasukkan daya magis
pada keris tersebut, konsentrasinya terganggu gara-gara rengekan para
jin. Akhirnya keris pusaka tersebut menjadi tidak sempurna, dan
dinamakan sebagai Keris Kyai Setan Kober. Karena tercipta akibat daya
panas dan ambisi yang besar. Konon keris ini pernah jatuh ke tangan Arya
Penangsang, Adipati Jipang – Panolan, pada masa Kerajaan Demak Bintoro
(1521 – 1546)
waktu itu Arya Penangsang kemudian mengirim empat
orang utusan membunuh saingan beratnya, yaitu Hadiwijaya, menantu Sultan
Trenggana yang menjadi bupati Pajang. Meskipun keempatnya dibekali
keris pusaka Kyai Setan Kober, maka ketika ke empat suruhan Arya
penangsang masuk ke kamar Sultan terbangau dan melemparkan selimutnya ke
arah ke empat suruhan Arya penangsang dan terjadilah perkelahian dan
dapat dikalahkan Hadiwijaya setelah mengaku dan Hadiwijaya memaafkanya
dan memberikan sejumlah uang
Hadiwijaya ganti mendatangi Arya Penangsang untuk
mengembalikan keris Setan Kober. Keduanya lalu terlibat pertengkaran dan
didamaikan Sunan Kudus. Hadiwijaya kemudian pamit pulang, sedangkan
Sunan Kudus menyuruh Penangsang berpuasa 40 hari untuk mendinginkan
amarahnya yang labil.
Dalam perjalanan pulang ke Pajang, rombongan Hadiwijaya singgah ke
Gunung Danaraja tempat Ratu Kalinyamat bertapa. Ratu Kalinyamat mendesak
Hadiwijaya agar segera menumpas Arya Penangsang. Ia yang mengaku
sebagai pewaris takhta Sunan Prawoto berjanji akan menyerahkan Demak dan
Jepara jika Hadiwijaya menang.
Hadiwijaya segan memerangi Penangsang secara langsung karena merasa sebagai sesama anggota keluarga Demak. Maka diumumkanlah sayembara, barangsiapa dapat membunuh bupati Jipang tersebut, akan memperoleh hadiah berupa tanah Pati dan Mataram.
Kedua kakak angkat Hadiwijaya, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi mendaftar sayembara. Hadiwijaya memberikan pasukan Pajang untuk membantu karena anak angkatnya, yaitu Sutawijaya (putra kandung Ki Ageng Pemanahan ikut serta.
Hadiwijaya segan memerangi Penangsang secara langsung karena merasa sebagai sesama anggota keluarga Demak. Maka diumumkanlah sayembara, barangsiapa dapat membunuh bupati Jipang tersebut, akan memperoleh hadiah berupa tanah Pati dan Mataram.
Kedua kakak angkat Hadiwijaya, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi mendaftar sayembara. Hadiwijaya memberikan pasukan Pajang untuk membantu karena anak angkatnya, yaitu Sutawijaya (putra kandung Ki Ageng Pemanahan ikut serta.
Ketika pasukan Pajang datang menyerang Jipang, Arya Penangsang sedang
berpesta merayakan keberhasilannya berpuasa 40 hari. Surat tantangan
atas nama Hadiwijaya membuatnya tidak mampu menahan emosi. Meskipun
sudah disabarkan Arya Mataram, Penangsang tetap berangkat ke medan
perang.
Perang antara pasukan Pajang dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore. Perut Penangsang robek terkena tombak Kyai Plered milik Sutawijaya. Meskipun demikian Penangsang tetap bertahan. Ususnya yang terburai dililitkannya pada gagang keris yang terselip dipinggang.
Perang antara pasukan Pajang dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore. Perut Penangsang robek terkena tombak Kyai Plered milik Sutawijaya. Meskipun demikian Penangsang tetap bertahan. Ususnya yang terburai dililitkannya pada gagang keris yang terselip dipinggang.
Sutawijaya terkesan menyaksikan betapa gagahnya
Arya Penangsang dengan usus terburai yang menyangkut pada hulu kerisnya.
Ia lalu memerintahkan agar anak laki-lakinya, kalau kelak menikah
meniru Arya Penangsang, dan menggantikan buraian usus dengan rangkaian
atau ronce bunga melati, dengan begitu maka pengantin pria akan tampak
lebih gagah, dan tradisi tersebut tetap digunakan hingga saat ini.
Penangsang berhasil meringkus Sutawijaya. Saat
mencabut keris Setan Kober untuk membunuh Sutawijaya, usus Arya
Penangsang terpotong sehingga menyebabkan kematiannya.
Sayembara menumpas Arya Penangsang tahun 1549 merupakan pengalaman
perang pertama bagi Sutawijaya. Ia diajak ayahnya ikut serta dalam
rombongan pasukan supaya Hadiwijaya merasa tidak tega dan menyertakan
pasukan Pajang sebagai bala bantuan. Saat itu Sutawijaya masih berusia
belasan tahun.Akan tetapi sengaja disusun laporan palsu bahwa kematian Arya Penangsang akibat dikeroyok Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi, karena jika Sultan Hadiwijaya sampai mengetahui kisah yang sebenarnya (bahwa pembunuh Bupati Jipang Panolan adalah anak angkatnya sendiri), dikhawatirkan ia akan lupa memberikan hadiah.
Keris Kyai Sengkelat
Ketika Kerajaan Majapahit mulai surut, hiduplah seorang empu keris yang sakti mandraguna. Dia bernama Jaka Supa putra dari Bupati Empu yang bernama Ki Supadriya. Jaka Supa adalah seorang pemuda yang sederhana, namun sangat menyukai tapa brata istilah jawanya adalah “Gentur lelaku prihatin”. Kelak atas perjuangan tapa bratanya, beliau akan menurunkan pusaka pusaka yang hebat dan juga menurunkan empu-empu pembuat keris yang luar biasa di tanah jawa. Konon pada suatu ketika, wilayah kerajaan Majapahit dilanda “pagebluk” yang sangat nggegirisi,hingga banyak para kawula (rakyat jelata) yang pagi sakit sore meninggal dan sore sakit paginya meninggal.Tidak hanya para rakyat jelata, banyak juga beberapa bangsawan, pandita dan sebagainya terserang penyakit yang sangat misterius ini. Hingga akhirnya kekawatiran Sang Prabu atas nasib penghuni Kraton oleh sebab ganasnya pageblug tersebut terjadi juga, Dyah Ayu Sekar Kedaton jatuh sakit.Sudah beberapa tabib pinunjul dari penjuru negeri dihadirkan untuk membatu kepulihan sang putri, namun toh hasilnya selalu nihil. Bahkan kalau malam menjelang , penyakit sang putri kian menjadi jadi. Untuk menghindari kejadian yang tidak di inginkan, sang prabu menugaskan segenap abdi dalem untuk bergiliran menjaga sang putri, khususnya di malam hari.
Hingga suatu malam, sampailah giliran jaga itu jatuh pada Tumenggung Supandriya dan Tumenggung Supagati. Akan tetapi, karena mereka berdua ternyata sakit, maka tugas itu diwakilkan kepada anak anak mereka. Jaka Supa putra dari Tumennggung Supandriya dan Majigjo adalah putra dari Tumenggung Supagati. Sore itu langit agak mendung, disebelah barat semburat sinar matahari tampak kemerahan menyaput mega. Hingga dari jauh terlihat menakutkan laksana banjir darah siap menerkam majapahit. Mereka (Jaka Supa dan Majigja ) berangkat bersama sama menuju Kraton, ditengah perjalanan tak henti hentinya Majigja menceritakan kerisnya yang indah berlapis emas hasil buatanya sendiri. Keris itu diberinya nama sabuk Inten, sebuah keris yang indah, anggun, berpamor eksotis dan menyimpan enegi gaib yang luar biasa, bahkan sembari bercanda, kadang Majigja setengah meledek keris buatan Jaka Supa yang diberi nama Kyai Sengkelat itu. Sengkelat memang berbentuk sangat sederhana, dia sangat polos , tak banyak ornamen, ibarat naga dia bagaikan seekor naga yang hitam legam tanpa mahkota. Namun dibalik kesederhanaanya itulah, Sengkelat adalah keris yang pilih tanding.
Sesampai di keputren, mereka berdua langsung mengambil tempat jaga masing masing. Jaka Supa di sebelah kanan regol, sedangkan Majigja disebelah kiri.Beberapa saat waktu berlalu ,tidak terjadi apa-apa. Namun menjelang tengah malam, tiba tiba angin berdesir agak kencang menebar aura mistis yang menggetarkan hati para prajurit yang ikut menjaga kediaman sang putri, angin itu makin melembut dan melembut, hingga akhirnya banyak prajurit yang kemudian bergelimpangan tak mampu menahan hawa kantuk yang luar biasa. Tiba-tiba dari arah Gedong pusaka muncul sinar merah kehitaman yang sangat terang benderang, sinar itu naik memanjat langit setinggi lima pohon kelapa dewasa. Sinar tersebut berpendar pendar ke segala penjuru, menebarkan hawa teluh atau wabah penyakit yang mengakibatkan pageblug tersebut. Jaka Supa dan Majigja tak bergeming, ternyata hanya mereka berdua yang masih tersisa dari serangan hawa kantuk tersebut, mereka meningkatkan kewaspadaan , setelah mereka cermati ternyata sinar yang menebar teluh tersebut adalah Keris Kyai Condong Campur. Sabuk Inten yang sedari tadi sudah okrak-okrok pengen keluar dari warangkanya tiba tiba melesat naik ke angkasa, pertempuran condong campur dan sabuk inten tak terelakan lagi, namun sabuk inten memang jauh dibawah condong campur, baru sekitar sepuluh menit sabuk inten dapat dikalahkan dan balik ke warangkanya. Bahkan lambung Sabuk Inten “grimpil” dibagian depan , akibat hantaman Condong Campur. Jaga Supa tanggap sasmita, Sengkelat segera dicabut dari warangkanya setelah mendapat restu, keris pusaka tersebut membumbung tinggi ke angkasa, pertempuran terjadi sangat sengit sekali, desak mendesak dan serang menyerang. Setelah hampir subuh condong campur mulai kewalahan hingga akhirnya Sengkelat berhasil mematahkan ujung condong campur satu luk, akhirnya condong campurpun ngibrit ketakutan dan masuk kembali ke gedong pusaka. Sejak saat itu condong campur tak pernah keluar lagi menebar pageblug, semenjak saat itu pula Dyah Ayu sekar kedaton berangsur angsur sembuh, dan atas jasa-jasanya Jaka Supa akhirnya diangkat menjadi Empu Kerajaan kesayangan sang Prabu. Kelak dari tangannya akan lahir pusaka pusaka hebat yang sampai saat ini dikejar kejar oleh para pecinta keris, dan dari beliau juga akan lahir empu empu hebat penerusnya, keturunan terakhir beliau menurut cerita adalah Empu Djeno Harum Braja dari Ngayugyokarto Hadiningrat.
Jumat, 24 Februari 2012
KERIS Dan EMPU
Ada pepatah yang menyatakan : "Penghargaan pada seseorang tergantung
karena busananya." Mungkin pepatah itu lahir dari pandangan psikolog
yang mendasarkan pada kerapian, kebersihan busana yang dipakai seseorang itu menunjukkan
watak atau karakter yang ada dalam diri orang itu.Di kalangan masyarakat Jawa
Tengah pada umumnya untuk suatu perhelatan tertentu, misalnya pada upacara
perkawinan, para kaum prianya harus mengenakan busana Jawi jangkep
(busana Jawa lengkap).
Dan kewajiban itu
harus ditaati terutama oleh mempelai pria, yaitu harus menggunakan/memakai
busana pengantin gaya
Jawa yaitu berkain batik, baju pengantin, tutup kepala (kuluk) dan
juga sebilah keris diselipkan di pinggang. Mengapa harus keris? Karena keris
itu oleh kalangan masyarakat di Jawa dilambangkan sebagai simbol
"kejantanan." Dan terkadang apabila karena suatu sebab pengantin
prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia diwakili
sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka.
KERIS KANJENG KYAI NOGO ROJO
KERIS LUK 7
PAMOR : WIJI TIMUN
DAPUR : NOGO ROJO
TANGGUH : MATARAM PUTRAN
RANGKAH : GAYAMAN KAYU CENDANA
PENDOK : BUTON SILIH ASIH
MENDAK : HALUS PERMATA
KERIS KYAI SINGOSAREN
KERIS LURUS
PAMUR : BRASUTAH
DAPUR : JALAK
TANGGUH : PUTUNI SINGGOSARI (SINGOSAREN MUTRANI)
RANGKAH MODEL SANDANG WALAIKAT SUNGGING HALUS
WILAH INI BERAT DAN GAGAH SEPINTAS BERKHARISMA.
Langganan:
Postingan (Atom)